Headlines News :
Home » , » Masih layakkah negara indonesia mengadopsi Azas-azas demokrasi?

Masih layakkah negara indonesia mengadopsi Azas-azas demokrasi?

Written By ichsan on Senin, 12 Maret 2012 | 18.27


Berbagai peristiwa dan permasalahan-permasalahan yang menghinggapi Negara Indonesia dan pemerintahan Indonesia sedikit terbersit dalam benak seluruh pengamat politik Indonesia, apa yang salah terhadap sistem pemerintahan Negara Indonesia? Negara Indonesia yang hampir memasuki 67 tahun kemerdekaannya masih saja diliputi berbagai macam polemik, padahal ketika masa perjuangan yang di pimpin oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hatta kala itu, Negara Indonesia menuai berbagai macam pujian dan pemerintahan Uni Soviet yang kala itu menjadi negara adi kuasa, Ir. Soekarno pun menjadi tokoh yang sangat di segani oleh para pemimpin negara-negara lain kala itu dengan kekuatan orasinya yang sangat menggebu-gebu dan lantas dinobatkan sebagai salah satu tokoh yang sangat berpengaruh di dunia.
Namun kini Negara Indonesia yang telah merdeka dan sedang berkembang memiliki masalah politik yang sangat-sangat memprihatinkan, dari kasus pembakaran diri oleh aktivis mahasiswa Sondang Hutagalung hingga kini kasus korupsi yang dilakukan oleh kader partai nasional di Indonesia yang masih belum memiliki solusi dan jalan keluar. Nah lantas gejolak-gejolak dan permasalah yang seperti itu di akibatkan oleh pemerintah yang kurang tegas dalam menjalankan pemerintahan atau ada yang salah dari para wakil-wakil rakyat?.
Indonesia memiliki UU yang berpijak dalam azas-azas dasar Pancasila sebagai landasan Negara, negara Indonesia kini “disebut” sebagai Negara Demokrasi, makna dari Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara/kekuasaan ditangan rakyat) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pilar demokrasi dikenal dengan sebutan Trias Politica yaitu membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif/pemerintah, yudikatif/Mahkamah Agung dan legislatif/DPR) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
Demokrasi di Indonesia dikenal dengan Demokrasi terpimpin yaitu di dasarkan atas UUD’45 dan Pancasila. Bebas bersuara juga menjadi ciri khas dari Negara yang menganut sistem Demokrasi dalam pemerintahannya, tetapi yang sangat memprihatinkan dimana sistem Demokrasi malah di salah artikan oleh beberapa gelintir pihak, kenyataannya yang terjadi di Indonesia di mana semua elemen bebas mengeluarkan pendapat tidak sama ketika pada masa dinasti Orde Baru yang sedikit saja mengkritik pemerintahan langsung “diangkat” dan dihilangkan jejaknya, di Indonesia semua elemen bebas mengeluarkan pendapat bahkan sampai “meludahi” Presiden RI.
Berita-berita hangat pada media surat kabar dan elektronik kini menjadi sangat menarik di tonton, manakala Presiden SBY pernah di identikkan dengan seekor sapi, nah inilah dampak dari Azas Demokrasi, bagaimana jadinya jika rakyat dari sebuah Negara tidak lagi menghormati pemimpinnya?  Pada hakikatnya yang disebut bebas mengeluarkan pendapat adalah memberikan atau menawarkan solusi kepada pemerintahan untuk di jalankan jika terdapat sesuatu yang salah, tetapi kini yang terjadi adalah ketika aksi demonstrasi dijadikan sebuah alat politik untuk menurunkan sebuah pemerintahan dan menyudutkan pemerintahan ketika ada permalasahan-permalasahan tanpa memberikan solusi.
Kembali coba kita tinjau dari beberapa isu politik yang mencuat, di mana sistem Demokrasi di Indonesia di tegakkan? Korupsi masih terjadi, bahkan pelakunya saja hanya mendapat hukuman yang ringan dibandingkan dengan para pelaku pencuri sandal, pencuri ayam dan pencuri-pencuri kelas teri lainnya, jika Azas Demokrasi benar-benar ditegakkan pastilah pelaku-pelaku KKN di kenakan ganjaran yang berat karena telah merugikan Negara dan Rakyatnya. Tetapi kenyataannya berbalik 180 derajat.
Lantas apakah Negara Indonesia masih layak menganut sistem Demokrasi dengan berbagai macam persoalan di atas ? Sebetulnya Indonesia pernah “mengecap” suatu sistem pemerintahan yang berazaskan Komunis ketika Ir. Soekarno menjadi Presiden RI pertama, ketika itu Ir. Soekarno dengan faham dan ideologi komunisnya membela habis-habisan kaum marjinal dan faham komunis di modifikasi dengan ideologinya sendiri yang dikenal dengan “Marhaenisme”.
Marhaenisme dan komunis merupakan ideologi yang sama-sama memperhatikan nasib rakyat biasa, jika Ideologi Komunis diciptakan oleh Karl Marx dan Lenin, maka Marhaenisme diciptakan oleh Ir. Soekarno, kedua Ideologi tersebut erat kaitannya mengantar peradaban Bangsa Indonesia kala itu, Indonesia menjadi bangsa besar dengan menganut faham “Kepemilikan bersama” sebelum Kekuasaan Ir. Soekarno ditumbangkan. Ada beberapa pendapat jika Ir. Soekarno masih saja menjadi Presiden RI, bisa jadi Negara Indonesia akan sedikit mendekati Negara Rusia yang menganut Faham murni komunisnya, tetapi lagi-lagi karena kekuatasn Uni Soviet (Rusia) kala itu dengan agennya yang bernama KGB mencoba untuk melangserkan Ir. Soekarno, hal ini masih menjadi tanda tanya, dan meletusnya insiden G30S-PKI ada indikasi campur tangan Amerika dengan CIAnya dan Uni Soviet dengan KGBnya.
Nah kembali kita kepada Negara Indonesia yang berazaskan Demokrasi saat ini dimana semuanya bebas bersuara tetapi hanya mengkritik bahkan sampai melecehkan Presidennya sendiri, lantas pertanyaannya apakah Azas Demokrasi masih layak bagi Negara Indonesia, atau kembali dengan faham komunis murni dengan contoh Negara maju semisal Rusia dan Republik Rakyat Cina yang kebebasan bersuara sedikit tetapi rakyat makmur dan tunduk dengan menghormati pemerintah ataukah Negara Indonesia cocok dengan sistem Negara Iran yang menjadi satu-satunya Negara Islam di dunia yang menjalankan pemerintahan sesuai Al-qur’an dan Al-Hadist?

                                                          Oleh :
                                                          M. Hanif Taufik R.H
                                        Mahasiswa Semester Akhir di Universitas Serambi Mekkah
Share this article :
 
Support : Redaksi | Iklan | Copyright © 2011. Aceh News - All Rights Reserved
Modify by Arifa