Pilkada di ambang pintu, Tahun 2012 adalah pesta demokrasi
Rakyat Aceh dalam menentukan pimpinan, setiap kandidat yang ikut merasa punya
dukungan penuh dari tim beserta masyarakat pendukung, dan inilah sebenarnya
modal dasar dari sebuah pergerakan KIP sebagai penyelenggara sangat optimis
bahwa penyelenggaraan pilkada tanpa hambatan sesuai penjadwalan yang telah di
tetapkan aturan putusan MK.
Dilain sisi Partai Aceh sebagai pemenang Pemilu 2009
di Prov Aceh masih berkeyakinan juga bahwa Pilkada di Aceh akan di tunda. Kedua
penomena ini bila di tarik suatu garis pembatas tentunya akan perlu kajian apa
sebenarnya yang akan terjadi bila perbedaan ini harus di laksanakan. Pandangan dari
tokoh Nasional Drs.Riyas Rasyid beberapa tempo hari di media massa sangat bijak
dimana beliau menyatakan bahwa tidak sebanding pilkada dilaksanakan dikala mengorbankan
satu nyawa, artinya penyelesaian kasus
sengketa pilkada sebaiknya di tunda untuk di sepakati kedua belah pihak agar
benar-banar hasilnya di dapati tidak merusak tatanan masyarakat untuk hidup
lebih tenang serta hasil pemimpin yang di dapat mestinya benar-benar bisa belajar
untuk kemakmuran Rakyat Aceh yan lebih bermartabat.
Rakyat menginginkan kondisi politik bisa nyaman,
sebaiknya para tokoh-tokoh politik utamakanlah menggunakan akal sehat serta
matanglah berpikir jangan emosional yang di kedepankan.
Bersama ini perlu kita garis bawahi bahwa harus
jujur mengapa Aceh bisa lepas dari konflik berkepanjangan ???. tentunya actor
dalam hal ini adalah garis PA. kita harus melihat bahwa strata kehidupan
masyarakat Aceh sudah sangat dinamis.
Nah, penomena politik adalah hal yang wajar di
belahan dunia manapun, besar harapan kita politik Aceh jangan di jadikan untuk
mencari popularitas dengan mengkambing hitamkan elemen lain.
Yang menjadi pertanyaan kita saat ini adalah mengapa Aceh tidak pernah bias kompak untuk
kepentingan Aceh ?. Aceh ingin MoU Helsinki dan UUPA manjadi baris yang harus
kita ikuti untuk membangun Aceh. Tetapi kita tidak kompak, UUPA belum lagi di
terapkan secara penuh tetapi sudah ada yang menyudisial review, tragis memang
kepentingan personil terlalu di tampilkan.
Memang dalam pergerakan politik peranan akal Abu
Nawas sangat di perlukan tetapi sangat di sayangkan bahwa waktu yang sebenarnya
bukan saat ini, apakah pekerjaan KIP saat ini tidak sia-sia meskipun walau raga
harus di landa ???
Dari sudut pandang persamaan lintas pada saat ini Pilkada
Aceh kelihatannya lebih menjurus kearah dagang, kalau memang harus berdagang
sebaiknya mengarah saja ke Medan Sumatera Utara tetapi ketika betul-betul
mengarah ke politik sebaiknya tunda saja pilkada demi menjaga stabilitas keamanan,
kenyamanan, ketentraman, serta kebersamaan Rakyat Aceh.
Oleh:
Ir.Said Muslim
Pemerhati Masalah Sosial dan
Politik