Banda Aceh, Aceh News - Pihak
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh meminta semua pihak untuk menghargai
profesi wartawan. Bila terjadi kekeliruan dalam pemberitaan, di minta untuk
menggunakan jalur-jalur seperti di atur dalam undang-undang pokok pers, bukan
dengan bertindak kasar apalagi membunuh.
"Kepada pihak
yang merasa dirugikan dengan pemberitaan maka gunakan cara-cara seperti hak
jawab, karena hal tersebut telah diatur dalam UU Nomor 40 tahun 1999 tentang
Pers, jangan main kasar ala premanisme apalagi membunuh," pinta HT.Anwar
Ibrahim, wakil ketua PWI Aceh bidang organisasi, Kamis (09/02/2012) usai acara
donor darah, di sekretariat PWI Aceh.
Permintaan tersebut
bukan tanpa alasan, di umur pers Indonesia yang memasuki usia renta yakni 66
tahun, masih ditemukan wartawan yang mati sia-sia karena karya tulisnya, karena
tugasnya. Padahal semua pihak setuju, pers Indonesia harus merdeka tanpa
intervensi dari pihak manapun.”Kita sangat menyesali, kejadian-kejadian seperti
ini masih kita alami, lebih-lebih di detik-detik menjelang peringatan Hari pers
Nasional yang ke 66,” sesal wartawan Medan bisnis tersebut.
Seperti kita
ketahui, rangkaian kekerasan terhadap kuli tinta di Aceh tak
mengenal waktu dan tempat. Misalnya di Aceh Tenggara, Minggu lalu pada Tanggal
05Februari 2012 dini hari, seorang wartawan bernama Darma S, ditemukan telah
menjadi mayat. Pihak kelurga meyakini, korban meninggal karena di duga di
bunuh.
Darma S selama ini
diketahui bekerja di Koran Monitor terbitan Medan, Sumatera Utara. Selanjutnya,
bertepatan dengan puncak peringatan HPN ke 66, seorang wartawan di Aceh Timur
terpaksa harus ”menikmati” bogem mentah pengusaha konstruksi. Kejadian yang
berlangsung di Mapolsek Banda Alam itu, sang wartawan Radar Nusantara Jakarta
bernama Basri, ”berhasil” dikeroyok oleh kontraktor di depan aparat penegak
hukum, pak Polisi. Penyebabnya, kontraktor kecewa kepada wartawan
karena menindak lanjut keluhan masyarakat terkait jalan yang dibiarkan berdebu
oleh pemborong itu. ”Apapun cerita, PWI tidak terima perlakuan keji seperti
itu, premanisme terhadap wartawan harus dihentikan,” pinta pria yang akrap di
panggil pak haji itu.
Selanjutnya dia pun
berharap kepada rekan-rekan wartawan agar terus menimba ilmu dan
pengetahuan.”Kami harapkan agar kawan-kawan terus meningkatkan SDM. PWI sendiri
akan membekali kawan-kawan dengan pendidikan. Semoga dengan bekal itu, kita
kembali dihargai,” pintanya. Jurnalis senior dan juga PNS itu pun mengingatkan
para wartawan yang tak berkemampuan untuk introspeksi diri. ”Kepada
rekan-rekan, kalau kira-kira tak mampu menjadi wartawan, sebaiknya segera
mengundurkan diri, jangan paksakan,” sarannya lagi.(TM)