Headlines News :
Home » , » Ekspor Aceh Anjlok

Ekspor Aceh Anjlok

Written By ichsan on Selasa, 17 Januari 2012 | 00.17


 BANDA ACEH, Aceh News - Realisasi ekspor Aceh tahun 2011 mengalami penurunan yang cukup tajam. Tahun sebelumnya mampu mencapai angka 1,27 milyar dollar AS, namun di akhir tahun 2011, tercatat realisasi keberhasilan ekspor ‘Pemerintah Aceh’ hanya berkisar 962,5 juta  dollar AS saja.

Berdasarkan data yang diperoleh Aceh News dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Aceh, disebutkan, nilai ekspor non migas Aceh tahun 2011 mencapai 103,9 juta Dolar AS (hampir satu triliun rupiah-red). Sedangkan tahun sebelumnya hanya 63,9 juta dollar AS.

Kenaikan nilai yang sangat signifikan itu dipengaruhi oleh komoditi kopi yang mengalami kenaikan harga di pasaran dunia. ” Sedangkan volume ekspor kopi turun dari sebelumnya 7,854 ton menjadi 7,514 ton saja,” ungkap Nurdin, Kabid Perdagangan Luar dan Dalam Negeri dinas tersebut, minggu lalu di ruang kerjanya saat di tanyakan perkembangan perdagangan Aceh pada akhir tahun 2011.

Ekspor non migas Aceh yang menjadi komoditi andalan pada tahun 2011 dari sektor pertanian yaitu, Kopi Arabica, Kopi Luwak, Kelapa Bulat dan Kulit Kayu Manis. Angka tertinggi nilai ekspornya adalah Kopi Arabica yang mencapai 50,49 juta dollar AS  naik dari tahun sebelumnya yang hanya 29,75 juta dollar AS. Kemudian disusul Kelapa Bulat yang nilainya 37 ribu dollar AS, Kulit Kayu Manis sekitar 17 ribu dollar AS dan terakhir Kopi Luwak dengan nilai sekitar 14 ribu dollar saja.

Anehnya komoditi Biji Coklat, komoditi unggulan di Aceh itu, pada tahun 2011 tidak tercatat lagi sebagai komoditi ekspor dan belum diketahui apa penyebabnya. Padahal tahun sebelumnya sempat di ekspor mencapai angka 421 Ton dengan nilai mencapai 1,17 juta dollar AS. Begitu juga komoditi pertanian lainnya seperti pinang, nasibnya juga sama, tak tercatat lagi di pembukuan ekspor ’Pemerintah Aceh’. ” Padahal itu kan komoditi ekspor, tidak mungkin di kosumsi semua,” tanya Nurdin dengan sedikit keheranan. Namun demikian,”  Pada tahun 2011, ada tambahan komoditi ekspor  yakni kayu, jenis Akasia, namun nilai dan volumenya tidak diketahui,” ujarnya lagi sambil meminta waktu untuk melengkapi datanya.

Sedangkan komoditi non migas di sektor industri, tahun 2011, Kopi Instant dan Bubuk Kopi Gongseng tak lagi diekspor dan hanya Biji Besi, Ammoniac, Pupuk Urea dan Tras Curah saja yang di ekspor. Biji Besi mengalami kenaikan nilai ekspor yakni 19,12 juta dollar AS dari sebelumnya 7,83 juta dollar AS. Pupuk Urea juga menggila, padahal cadangan Gas di Aceh menipis. Tahun 2011, Pupuk Urea mengalami kenaikan nilai ekspor sampai 28,70 juta dollar AS dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 6 juta dollar AS. Ammoniac turun, ditahun 2010, nilai ekspornya capai 8,3 juta dollar AS, kini hanya tersisa sekitar 5,5 juta dollar AS saja. Tras Curah juga turun dari nilai ekspornya 85 ribu dollar AS menjadi 21,6 ribu dollar saja.

  • MIGAS

Pasca MoU Helsinki, nilai ekspor Migas (minyak dan gas) terus menurun. Dari pernyataan beberapa pihak dikatakan terkait dengan menipisnya cadangan dan turunnya produksi. Pada akhir tahun 2011, realisasi ekspor Migas Aceh hanya bernilai 858,6 juta dollar AS. Padahal tahun sebelumnya mampu menebus angka 1,207 milyar dollar AS.
Komoditi ekspor Migas Aceh tahun 2011 sama dengan tahun 2010, hanya terdiri dari 2 jenis saja, yakni LNG dan Condensate. Nilai ekspor LNG turun jadi 772, 4 juta dollar AS dari sebelumnya 1,159 milyar dollar AS. Namun berbeda dengan Condensate, malahan meningkat jadi 86, 12 juta dollar AS, naik dari sebelumnya yang hanya 48,5 juta dollar AS.
Tahun 2006 saja, ekspor Migas Aceh mencapai 3 milyar. Tahun berikutnya, 2007, turun sekitar 2,7 milyar dollar AS. Padahal tahun 2005, sebelum terjadi perjanjian damai di Aceh, ekspor Migas Aceh mampu menembus nilai 3,2 milyar dollar AS (hampir 30 triliun rupiah). 


Angka ekspor Aceh sangat dipengaruhi oleh Migas, bila ekspor Migas turun, maka total realisasi ekspor Aceh juga ikut menurun. Terhitung sejak tahun 2005 yang mencapai nilai 3,2 milyar dollar AS, menjadi 3 milyar dollar AS di tahun 2006, dan turun lagi menjadi 2,8 milyar dollar AS di tahun 2007, dan terus menurun hingga 2011 yang tersisa sekitar 962,5 juta dollar AS saja.

Pengamat pembangunan, T.Fakhrurrazi, SE, menilai, turunnya ekspor Aceh dari tahun ke tahun menandakan arah pembangunan Aceh selama ini tidak efektif. Hal tersebut ikut dipengaruhi oleh mental pengelola pemerintahan yang makin terpuruk.

” Dari segi anggaran yang telah dialokasikan bukanlah sedikit, sejak rebab rekon sampai sekarang, rata-rata anggaran dialokasikan untuk pembangunan di sektor ekonomi luar biasa besar. Namun nyatanya hasilnya nihil, kenapa? karena itu tadi, tidak tepat sasaran dan sarat permainan,” ujar mantan Tenaga Ahli Monev BRR Aceh Nias itu, jum’at lalu via ponsel ketika diminta pendapatnya terkait anjloknya ekspor Aceh dari tahun ke tahun. Sedangkan pihak pemerintah daerah, hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait anjloknya ekspor Aceh dari tahun ke tahun.(BNC)
Share this article :
 
Support : Redaksi | Iklan | Copyright © 2011. Aceh News - All Rights Reserved
Modify by Arifa