BANDA
ACEH, Aceh News -
Unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Banda Aceh
diwarnai aksi perampasan kamera wartawan oleh intel polisi Polresta Banda Aceh.
Perampasan kamera itu terjadi saat sang wartawan sedang mengabadikan gambar mahasiswa yang mencoba memblokir jalan di depan gedung DPRD Aceh. Pemilik kamera itu adalah Fadli, kontributor ANTV di Banda Aceh.
Oknum polisi berpakaian preman itu meminta Fadli menghapus gambar yang merekam kejadian saat polisi terkait sedang mengamankan mahasiswa. Ia juga sempat sempat merangkul dan menarik-narik Fadli dari kerumunan massa.
“Ayo kita kebelakang. Kita selesaikan berdua. Hapus itu gambar,” kata polisi itu kepada Fadli. Wartawan lain yang melihat aksi polisi tersebut langsung mencoba melerai dan meminta si polisi menyerahkan kembali kamera Fadli.
“Waktu dia tarik kameraku, aku lagi rool gambar. Dia takut gambarnya diambil. Jadi dia minta gambarnya dihapus,” terang Fadli.
Namun setelah mendapat desakan keras dari beberapa wartawan, polisi itu akhirnya mengembalikan kamera Fadli. Fadli yang merasa terancam kemudian diamankan rekan-rekannya.
Beberapa menit usai peristiwa perampasan kamera Fadli, Kabid Humas Polda Aceh, Gustav Leo, menyampaikan permohonan maaf kepada wartawan. Dia juga mempertemukan wartawan dengan polisi berpakaian preman yang merampas kamera Fadli.
Kepada Gustav, polisi yang belakangan diketahui bernama Arif Ambon itu mengatakan dirinya hanya berupaya mengamankan Fadli dari kerumunan demonstran mahasiswa. “Saya kenal dia. Kami kawan ngopi. Makanya saya minta gambar saya dihapus,” ujar Arif.
Gustav berjanji akan menindak anggotanya yang telah menghalang-halangi tugas wartawan itu. “Kami memohon maaf sebesar-besarnya,” kata Gustav. (okzone)
Perampasan kamera itu terjadi saat sang wartawan sedang mengabadikan gambar mahasiswa yang mencoba memblokir jalan di depan gedung DPRD Aceh. Pemilik kamera itu adalah Fadli, kontributor ANTV di Banda Aceh.
Oknum polisi berpakaian preman itu meminta Fadli menghapus gambar yang merekam kejadian saat polisi terkait sedang mengamankan mahasiswa. Ia juga sempat sempat merangkul dan menarik-narik Fadli dari kerumunan massa.
“Ayo kita kebelakang. Kita selesaikan berdua. Hapus itu gambar,” kata polisi itu kepada Fadli. Wartawan lain yang melihat aksi polisi tersebut langsung mencoba melerai dan meminta si polisi menyerahkan kembali kamera Fadli.
“Waktu dia tarik kameraku, aku lagi rool gambar. Dia takut gambarnya diambil. Jadi dia minta gambarnya dihapus,” terang Fadli.
Namun setelah mendapat desakan keras dari beberapa wartawan, polisi itu akhirnya mengembalikan kamera Fadli. Fadli yang merasa terancam kemudian diamankan rekan-rekannya.
Beberapa menit usai peristiwa perampasan kamera Fadli, Kabid Humas Polda Aceh, Gustav Leo, menyampaikan permohonan maaf kepada wartawan. Dia juga mempertemukan wartawan dengan polisi berpakaian preman yang merampas kamera Fadli.
Kepada Gustav, polisi yang belakangan diketahui bernama Arif Ambon itu mengatakan dirinya hanya berupaya mengamankan Fadli dari kerumunan demonstran mahasiswa. “Saya kenal dia. Kami kawan ngopi. Makanya saya minta gambar saya dihapus,” ujar Arif.
Gustav berjanji akan menindak anggotanya yang telah menghalang-halangi tugas wartawan itu. “Kami memohon maaf sebesar-besarnya,” kata Gustav. (okzone)
