Headlines News :
Home » » Pelestarian TNGL Tanggung Jawab kita Bersama

Pelestarian TNGL Tanggung Jawab kita Bersama

Written By ichsan on Minggu, 19 Februari 2012 | 01.55


Kalau bukan kita putra Gayo khususnya Aceh yang harus menjaga dan memelihara kekayaan serta kelestarian Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) siapa lagi yang mungkin kita harapkan, tentu saja pihak lain tidak punya kepentingan dalam masalah Hutan yang berada di daerah kita sendiri, jikalau pun ada orang lain yang peduli mungkin ada maksud tertentu untuk meraih keuntungan dari isi apa yang terkandung didalamnya atau kalaupun ada pihak lain yang ingin berjasa membantu kita tidak boleh begitu saja percaya, harus kita selidiki terlebih dahulu apa maksudnya dibalik itu. 

Hutan TNGL dibawahnya terbentang lebar daerah Gayo dan Alas yang lahannya dipergunakan para penduduk untuk bercocok tanam padi dan lahan kering cocok untuk ditanami komoditi pertanian tumbuh dengan subur dan hasil panen yang berlimpah, selama berpuluh-puluh tahun penduduk di kaki Gunung Leuser tidak pernah kekurangan air dan sangat jarang sekali didatangani banjir, masyarakatnya tidak pernah mengalami satu kali makan nasi dalam sehari, namun setelah beberapa tahun belakangan ini para penduduk yang tinggal berkampung dipinggiran kaki Gunung Leuser sudah sering sudah sering mengalami musibah banjir yang  mengakibatkan masyarakat kehilangan mata pencaharian, tanah sawah diterjang banjir ini semua akibat perambahan Hutan yang menjadi korban hanya rakyat kecil saja.
          
Katakanlah, sekalipun tidak menjadi kaya raya dengan membabat habis Hutan Gunung Leuser, toh nantinya kita dan anak cucu kita yang menanggung akibatnya dengan datangnya banjir bandang dimusim hujan yang menghancurkan lahan sawah para petani dan rumah para generasi kita dibelakang hari kelak, sekaligus kita dicap sebagai pemimpin yang tidak punya tanggung jawab moral kepada rakyat dan anak cucu kita bahkan lapisan Ozon semakin lama semakin menipis akibat batang kayu habis dirambah sehingga ekosistem akan menjadi rusak, suhu udara semakin panas yang akan menimbulkan bermacam-macam penyakit datang menyerang penduduk.
          
Apalah arti kekayaan tanpa moral dan apalah artinya kekuasaan tanpa melindungi kehidupan rakyatnya bahkan menjadi cacat-cela bagi kita dan generasi penerus kita dibelakang hari dituding sebagai keturunan perusak lingkungan. Kan cukup fatal akibatnya, apa yang penulis sampaikan ini adalah buah renungan tentang kelestarian dan kehancuran Taman Nasional Gunung Leuser padahal TNGL amat berguna atas kesinambungan ekosistem Hutan Flora dan Fauna di Negeri Seribu Bukit ini, lagi pula Gunung Leuser adalah sebagai tonggak kehidupan masyarakat Asia dan Eropa walaupun Gunung Leuser bertengger tegak di kawasan Gayo Lues dan Aceh Tenggara, namun mampu mempengaruhi kehidupan Negara-Negara lain dan sebagai paru-paru dunia serta dapat menyerap karbon sampai 4000 ton pertahun.
          
Sebagai keadaan umum dapat dinyatakan bahwa kawasan pelestarian alam seluruhnya sekitar 10.437 hektar persegi diantaranya sekitar 80 % untuk keperluan Hutan Sibolangit, Hutan Suaka Alam Gunung Leuser, Hutan Margasatwa, KAPPI sehingga sisanya 20 % inilah saja yang dapat digarap oleh rakyat dimasa sekarang ini, dengan demikian rakyat Gayo Lues rata-rata hanya mendapat tanah sekitar 1-2 Ha perjiwa dan untuk masa yang akan datang masalah tanah ini semakin rawan akibat pertumbuhan penduduk.
          
Kembali ke masalah tanggung jawab, yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan pelestarian TNGL adalah para pemimpin formal, mereka tidak boleh lengah dan tanpa pandang bulu atau tedeng aling-aling, menindak tegas siapa saja yang menghancurkan Hutan TNGL tersebut. Malahan para Ulama dan rakyat jelata masing-masing punya tanggung jawab sesuai dengan fungsi dan kedudukannya didalam masyarakat.
          
Kekayaan Fauna yang ada di TNGL cukup banyak dan bermacam ragam jenisnya seperti Badak, Harimau, Gajah, berbagai jenis Rusa, Kijang, Orang Utan dan juga jenis bangsa Ular yang tidak terdapat di Taman Nasional Negeri lain, begitu pula Flora mulai dari Kayu Semaram, Meranti, Semantuk (Damar Laut), Cengal. Selain itu terdapat pula kayu besi sampai kepada beribu-ribu jenis bunga seperti Anggrek, Sunflower (Bunga Matahari) yang tidak terdapat di Negeri lain dan malahan ada jenis batang kayu durian yang tiga kali lipat besarnya dari durian biasa begitu juga sedap rasanya buahnya, lain lagi jenis rambutan lebih besar dan lebih gurih rasanya, itulah sebagian kecil kekayaan alam yang tersimpan di Hutan TNGL tersebut. Oleh karenanya mari kita pelihara kelestarian TNGL secara berkesinambungan, belum lagi kita kaji kekayaan berupa barang-barang tambang di perut TNGL berupa Emas, Timah, Marmer, bahkan Uranium, dll.
          
Ada sedikit cerita versi daerah yang masuk akal karena punya bukti kebenarannya, diwilayah TNGL terdapat satu lokasi yang namanya “Padang Seribu Bulan” disana semua binatang yang berharga mati ditempat tersebut seperti Gajah, Badak, Ular besar yang bercula diekornya dan sangat mahal harganya, pembuktiannya sebagai berikut : kita ketahui di Hutan TNGL banyak terdapat Gajah, Badak, Harimau dan Ular besar, namun tidak terdapat disembarang tempat dihutan, Tulang-belulang, Cumbu, Cula dan Gading binatang yang mati, karena menurut cerita-cerita apabila binatang-binatang yang sudah tua bila sudah dekat akan mati semuanya pergi ketempat yang namanya Padang Seribu Bulan, disanalah berkumpul tulang-belulang, Cula dan Gading, namun belum ada seorang manusia pun mengetahui tempat itu. Sekian....

                                                                            
                                                                          Oleh : Syukran


Share this article :
 
Support : Redaksi | Iklan | Copyright © 2011. Aceh News - All Rights Reserved
Modify by Arifa