Kalau
bukan kita putra Gayo khususnya Aceh yang harus menjaga dan memelihara kekayaan
serta kelestarian Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) siapa lagi yang
mungkin kita harapkan, tentu saja pihak lain tidak punya kepentingan dalam
masalah Hutan yang berada di daerah kita sendiri, jikalau pun ada orang lain
yang peduli mungkin ada maksud tertentu untuk meraih keuntungan dari isi apa
yang terkandung didalamnya atau kalaupun ada pihak lain yang ingin berjasa
membantu kita tidak boleh begitu saja percaya, harus kita selidiki terlebih
dahulu apa maksudnya dibalik itu.
Hutan TNGL dibawahnya terbentang lebar daerah
Gayo dan Alas yang lahannya dipergunakan para penduduk untuk bercocok tanam
padi dan lahan kering cocok untuk ditanami komoditi pertanian tumbuh dengan
subur dan hasil panen yang berlimpah, selama berpuluh-puluh tahun penduduk di
kaki Gunung Leuser tidak pernah kekurangan air dan sangat jarang sekali
didatangani banjir, masyarakatnya tidak pernah mengalami satu kali makan nasi
dalam sehari, namun setelah beberapa tahun belakangan ini para penduduk yang
tinggal berkampung dipinggiran kaki Gunung Leuser sudah sering sudah sering
mengalami musibah banjir yang mengakibatkan
masyarakat kehilangan mata pencaharian, tanah sawah diterjang banjir ini semua
akibat perambahan Hutan yang menjadi korban hanya rakyat kecil saja.
Katakanlah, sekalipun tidak menjadi
kaya raya dengan membabat habis Hutan Gunung Leuser, toh nantinya kita dan anak
cucu kita yang menanggung akibatnya dengan datangnya banjir bandang dimusim
hujan yang menghancurkan lahan sawah para petani dan rumah para generasi kita
dibelakang hari kelak, sekaligus kita dicap sebagai pemimpin yang tidak punya
tanggung jawab moral kepada rakyat dan anak cucu kita bahkan lapisan Ozon
semakin lama semakin menipis akibat batang kayu habis dirambah sehingga
ekosistem akan menjadi rusak, suhu udara semakin panas yang akan menimbulkan
bermacam-macam penyakit datang menyerang penduduk.
Apalah arti kekayaan tanpa moral dan
apalah artinya kekuasaan tanpa melindungi kehidupan rakyatnya bahkan menjadi
cacat-cela bagi kita dan generasi penerus kita dibelakang hari dituding sebagai
keturunan perusak lingkungan. Kan cukup fatal akibatnya, apa yang penulis
sampaikan ini adalah buah renungan tentang kelestarian dan kehancuran Taman
Nasional Gunung Leuser padahal TNGL amat berguna atas kesinambungan ekosistem
Hutan Flora dan Fauna di Negeri Seribu Bukit ini, lagi pula Gunung Leuser adalah
sebagai tonggak kehidupan masyarakat Asia dan Eropa walaupun Gunung Leuser
bertengger tegak di kawasan Gayo Lues dan Aceh Tenggara, namun mampu
mempengaruhi kehidupan Negara-Negara lain dan sebagai paru-paru dunia serta
dapat menyerap karbon sampai 4000 ton pertahun.
Sebagai keadaan umum dapat dinyatakan
bahwa kawasan pelestarian alam seluruhnya sekitar 10.437 hektar persegi
diantaranya sekitar 80 % untuk keperluan Hutan Sibolangit, Hutan Suaka Alam
Gunung Leuser, Hutan Margasatwa, KAPPI sehingga sisanya 20 % inilah saja yang
dapat digarap oleh rakyat dimasa sekarang ini, dengan demikian rakyat Gayo Lues
rata-rata hanya mendapat tanah sekitar 1-2 Ha perjiwa dan untuk masa yang akan
datang masalah tanah ini semakin rawan akibat pertumbuhan penduduk.
Kembali ke masalah tanggung jawab,
yang paling bertanggung jawab terhadap kelangsungan pelestarian TNGL adalah
para pemimpin formal, mereka tidak boleh lengah dan tanpa pandang bulu atau
tedeng aling-aling, menindak tegas siapa saja yang menghancurkan Hutan TNGL
tersebut. Malahan para Ulama dan rakyat jelata masing-masing punya tanggung
jawab sesuai dengan fungsi dan kedudukannya didalam masyarakat.
Kekayaan Fauna yang ada di TNGL cukup
banyak dan bermacam ragam jenisnya seperti Badak, Harimau, Gajah, berbagai
jenis Rusa, Kijang, Orang Utan dan juga jenis bangsa Ular yang tidak terdapat
di Taman Nasional Negeri lain, begitu pula Flora mulai dari Kayu Semaram,
Meranti, Semantuk (Damar Laut), Cengal. Selain itu terdapat pula kayu besi
sampai kepada beribu-ribu jenis bunga seperti Anggrek, Sunflower (Bunga
Matahari) yang tidak terdapat di Negeri lain dan malahan ada jenis batang kayu
durian yang tiga kali lipat besarnya dari durian biasa begitu juga sedap
rasanya buahnya, lain lagi jenis rambutan lebih besar dan lebih gurih rasanya,
itulah sebagian kecil kekayaan alam yang tersimpan di Hutan TNGL tersebut. Oleh
karenanya mari kita pelihara kelestarian TNGL secara berkesinambungan, belum
lagi kita kaji kekayaan berupa barang-barang tambang di perut TNGL berupa Emas,
Timah, Marmer, bahkan Uranium, dll.
Ada sedikit cerita versi daerah yang
masuk akal karena punya bukti kebenarannya, diwilayah TNGL terdapat satu lokasi
yang namanya “Padang Seribu Bulan” disana semua binatang yang berharga mati
ditempat tersebut seperti Gajah, Badak, Ular besar yang bercula diekornya dan
sangat mahal harganya, pembuktiannya sebagai berikut : kita ketahui di Hutan
TNGL banyak terdapat Gajah, Badak, Harimau dan Ular besar, namun tidak terdapat
disembarang tempat dihutan, Tulang-belulang, Cumbu, Cula dan Gading binatang
yang mati, karena menurut cerita-cerita apabila binatang-binatang yang sudah
tua bila sudah dekat akan mati semuanya pergi ketempat yang namanya Padang
Seribu Bulan, disanalah berkumpul tulang-belulang, Cula dan Gading, namun belum
ada seorang manusia pun mengetahui tempat itu. Sekian....
Oleh : Syukran