Linge ku
Sayang, linge ku malang,
kata seorang Penulis
Buku Sejarah Linge, akan
tetapi kita sekarang
tidak boleh berputus
asa, apa yang
bisa kita perbuat
walaupun dalam jumlah kecil
yang penting ada
yang harus disumbangkan
baik pemikiran, maupun
material, penulis disini
adalah salah satu
dari bahyak keluarga
yang mewakili keluarga
besar keturunan linge untuk menyumbangkan
pikiran terhadap kemajuan
dan perkembangan negeri
Linge ini, siapa
lagi kalau bukan
kita yang merupakan
keturunannya, Alm.
Orang
tua saya pernah
membuat suatu yayasan
Perkumpulan orang-orang yang
berasal dari linge,
kemudian sudah pernah
kontak dengan orang
Karo yang keturunan
linge (SiBayak Linge) yang ada
di Tanah Karo
disebut Lingga, tetapi
karena keterbatasannya niatnya
ini kurang berhasil, namun
perlu kita catat
orang Karo tersebut
yang asli berasal
dari Linge kalau
kita datang sangat
disambut dengan baik,
malahan mereka punya
persatuan tersendiri, Tokoh masyarakat
Karo keuturunan si
Bayak Linge Yaitu Bapak
M. Yusuf Lingga, pernah menulis
sebuah buku tentang
masyarakat Karo keturunan Linge,dengan
cirri-cirinya yang membanggakan adalah
satu orang berada,
kedua orang pintar,
dan ketiga orang
kuat, dalam buku tersebut lengkap
dengan pecahan marganya
kenapa kita tidak
bisa buat seperti
mereka, pada hal
kita tahu banyak
putra asli linge
ini banyak sekali
jadi orang hebat,
punya jabatan., punya
kekuasaan kenapa negeri
linge ini seperti
terlantar, kalau kita
bandingkan saja seperti
bekas kerajaan yang lain,
Yogarakarta, solo, dan
lain-lain, sangat banyak
wisatawan yang datang,
seperti pernah saya
lihat di Kesultanan
Ceribon Jawa Barat,
khususnya Sunan Gunung
Jati yang bernama Syarif Hidayat
Fatahillah ( 1512 M)
ditulis oleh Ismail Muhammad
tahun 1978, , tentu dari
salah satu keturunan
Raja Linge dari Meurah
Silu , dikunjungi oleh
wisatawan dalam negeri
maupun luar negeri
setiap hari 24
jam, setiap harinya
lebih kurang 1000
orang yang datang,
nah orang yang
datang ini apa
dampaknya terhadap masyarakat
sekitarnya, tentu meninggalkan
uang dengan cara
membeli makanan, oleh-oleh,
dan lain-lain.
Sekilas
saya bahas tentang
kejayaan Kerajaan Lingga
pada masa lalu Raja
Linge Pertama menurut beberapa
sumber berdiri pada
Abad ke VI bernama
“Sultan Genali “ dan disebut juga “ Pota
Marhum Mahkota Alam “.
Selanjutnya pada tahun
1511 M, keturunan
Raja Lingga VIII,
diangkat menjadi Panglima
Besar Angkatan Perang
Kesultanan Aceh atau
Amirul Harb, saat
mengakuisisi Kesultanan Pasai
dan Kesultanan Aru
yang sudah dijajah
Portugis, Dalam tahun
1533 terbentuklah Kerajaan
Johor Baru di
Malaysia yang dipimpin
oleh Sultan Alauddin
Mansyur Syah. Raja
Linge VIII diangkat
menjadi Kabinet di
Kerajaan baru tersebut
dan diamanatkan untuk
membangun benteng pertahanan,
dengan membangun sebuah
pulau di selat
malaka, dari amukan
Portugis. Pulau ini
dikenal dengan pulau
Lingga. Keturunan Lingge,
kemudian mendirikan Kesultanan
Linge, Karo dan
di daerah Riau
Kepulauan.
Orang
Gayo berasal dari
Linge , Kita saat ini
harus meluruskan sejarah,
jangan ada beranggapan
Kerajaan Linge berasal
dari berasal dari
Tanah batak,, memang
harus kita akui
ada sebagian kecil
orang Gayo berasal
dari Batak, karena
mereka datang ke
Tanah Gayo dan
sudah menjadi orang
Gayo, tidak tahu
lagi tanah leluhurnya.
Salah
satu kerajaan yang
ada di Tanah
Gayo yaitu Kerajaan
Bukit inipun menjadi simpang
siur, orang Gayo
percaya Raja Bukit
adalah Saidah dalam versi
Seorang Belanda JCJ Kempes
, sangeda dalam
versi Muda Kala dan
Junus Djamil. JC
Kempes mengatakan Raja Bukit
(1700 –an) merupakan orang
yang datang dari
luar Gayo tepatnya
bagian Selatan ada tiga
orang 1 menjadi
Raja di Lumut, seorang
lagi di Samarkilang.
Kemudian pada waktu
itu kerajaan ini
sudah tunduk ke Sultan Aceh,
maka diangkat lah
Raja Bukit Pertama
dari orang yang
datang tersebut dan seorang
lagi menjadi Raja
Petiambang.
Sekilas Gayo
dan Alas saya
sampaikan berdasarkan Pakta
sejarah, sebelum Sultan
Iskandar Muda bertahta,
kedua daerah ini
memerintah secara otonom
dan boleh dikatakan
berdiri sendiri, seperti halnya kerajaan
lingge, kerajaan linge
ini mulai pudar
mungkin disebabkan banyak
keturunan menyebar ke
lain daerah, seiring
dengan itu Sultan
Iskandar Muda memerintah
pada tahun (1607 – 1636)
berhasil jaya dapat
mengusai bagian besar
Pulau Jawa, Sumetra
dan sebagian MaLaya,
maka kedua daerah
ini pun dimasukkan
resmi kedalam kerajaan
Aceh, Gayo Alas
dibagi atas beberapa
daerah yang disebut
Kejrun. Kepada Keujurun
ini diberikan bawar,
pedang semacam tongkat
komando sebagai pengganti
surat keputusan hitam
diatas putih.
Daerah Gayo
dan Alas dibagi
atas 8 (delapan) daerah
Kejurun, 6 Kejurun
di Gayo 2
di Alas antara
lain :
Keujurun
Bukit, bermula berkedudukan
di bebesen ,kemudian
dipindahkan ke Kebayakan.
Kejurun Linge,
berkedudukan di Linge.
Kejurun Syiah
Utama, berkedudukan di
Nosar.
Kejurun Patiambang, berkedudukan di
penampaan.
Kejurun Abok,
berkedudukan di Serba
Jadi.
Kejurun bebesen,
berkedudukan di bebesen
Kejurun Batu
Mbulan, berkedudukan di
Batu Mbulan. Tanah Alas.
Kejurun Bambel,
berkedudukan di Bambel
Tanah Alas
Kejurun Patiambang
berkedudukan di penampaan
sebagai ibu kota
dan berkuasa untuk
seluruh Gayo Lues,
yang meliputi beberapa
kampong menurut Buku
Snouck Hourgonje tahun
1903. antara lain. 1. Gele, 2.
Porang, 3. Lempuh,
4. Kute Sere,
5. Penggalangan, 6.
Penampaan, 7. Sepang,
8. Bacang, 9.
Kute Bukit, 10.
Badak, 11, Bukit, 12. Leme, 13. Kutelintang, 14. Peparik,
15. Pangur, 16 Kute
Lesung, 17. Uring,
18. Pining, 19. Rema,
20. Tampeng, 21. Beranang,
22. Bener Kalipah, 23. Cane,
24. Rikit dekat,
25. Kong, 26. Rempelam,
27. Remukut, 28. Rempelam
jabo, 29. Pasir. 30. Rerebe,
31. Terangun, 32.
Padang, 33. Kute
Sange, 34. Rumpi.
Susunan pemerintahan
kejuruan Patiambang, Pemimpin
tertinggi adalah Kejurun,
dibantu oleh Empat
Reje dan delapan
Reje Cik antara
lain :
Reje adalah :
Reje
Gele.
Reje Bukit
Reje Rema.
Reje Kumala ( Kp. Cane Uken).
Delapan Reje
Cik.
1, Reje
Cik Kutelintang.
2. Reje
Cik Tampeng
3. Reje
Cik Kemala Darna
( Rempelam).
4. Reje
Cik Peparik
5. Reje
Cik Penosan.
6. Reje
Cik Gegerang.
7. Reje
Cik Pudung / Padang.
8. Reje
Cik Porang
Inilah sejarah
singkat yang ada di Gayo
Lues, agar kita
tahu yang pantas
Jadi pemimpin
dari beberapa keuturunan
Kejurun, Reje, dan
Rejek Cik
Sebelum terjadi
hal tersebut diatas,
maka Anak dari
Reje Linge yaitu
baginda Joharsyah sebagai
Reje Linge, maka
dibentuk pula raja-raja
kecil lainnya untuk
pengendali daerah / wilayah.
Di Gayo Lues
oleh baginda dinamakan
“ Petua Amang “
sebagian menyebutkan “ Patiamang
“ , dan
di serba Jadi “Wakil Abuk “ namanya
masa itu. Pada
masa itu Negeri
Linge semakin bertambah
Penduduk dari Sipitu
Johor dan Silapan
Johor. Begitu pula
tentang kekuasaan dari
Sipitu Aceh dan
Silapan Aceh.
Kembali Kita
kepada Lokasi saat
ini kita berada,
yang penting daerah
Linge atau Kampung
Linge ini manusia
pertama yang mendiami hidup pada
Abad VI atau
600 M, kemudian
menyebar keturunannya kesuluruh
negeri, sampai ke
luar Negeri seperti
Cina (Taiwan), Malasyia,
Philipina, namun hal
ini masih perlu
digali.
Sekarang kita
yang masih ada
saat dan tinggal
tidak terlampau jauh
dari daerah Linge
ini, masih mampukah
kita menjaga dan
merawat peninggalan leluhur
kita ini,
Seperti
saran saya ini
antara lain :
1.
Mengembalikan Aset dan
Peninggalan Sejarah Linge
ke Buntul Linge
ini, kalau adapun
asset tersebut ditempat lain
itu tidak lain
hanya duplikatnya saja.,
dalam hal ini harus
terlibat pemerintah Pusat
2. Segera dibuat
sebuah mesium di lokasi
rumah Pitu Ruang ini,
untuk daya tarik
para wisatawan yang
akan berkunjung ke
daerah ini, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang ada di
Linge ini.
3. Untuk
mengetahui sejarah kepada
Pemerintah terutama pada
Bagian Peninggalan Sejarah
, untuk dapat menggali
makam atau kuburan
yang ada di
Kampung Linge sekarang,
untuk membuktikan kepada
Dunia bahwa disini lah ada
manusia pertama di
Sumatera ini, dan bukan penggalian sejarah
ini diutamakan ditempat
yang lainnya.
4.
Disinilah adanya kerajaan
Linge yang terbentuk
bukan dari perluasan
kekuasaan atau jajahan,
namun terbentuk karena
kehendak Allah SWT dan
cikal bakal suatu
kehidupan baru yang
merupakan asal usul
Suku Gayo ini
di Negeri Linge.
5.
Perumusan adat Kerajaan
Linge dilakukan pada
tahun 1115 Masehi oleh
Reje Lingga bersama
pimpinan agama dan
para pemuka adat
Kerajaan Lingga, Patiambang
dan Pemuka adat
Serbajadi yang menghasilkan
45 Pasal Edet
Negeri Lingga (Linge)
6.
Selanjutnya sebuah Visi
Kerajaan Linge yaitu :
Reje
atau edet I
atan astana
Imem atau
hukum I atan
agama
Tue muneweni
pintu
Pertama Sikudepet,
kedua sikowas
Petue si
munegotne
Sudere genap
mupakat, tue sedek
sasat.
Raja atau
wakil adat bersemayam
dalam istanaImam atau
wakil syariat suci
menegakkan agama
Adapun tokoh
masyarakat menjaga pintu
pertama, barang siapa
yang keluar dan
pintu kedua barang
siapa yang masuk.
Semuanya harus diketahui
oleh tokoh masyarakat
untuk mengadakan penyelidikan
dan masyarakat harus
bersama-sama melakukan musyawarah.
Selanjutnya
bagi Raja dan
Imam disebut sebagai
wajib untuk ini
masyarakat menjalankan kata-kata
adat antara lain :
Bekase
I supui atau
I jamuri
Kobore
I peniet i
Petuah dari
orang terdahulu kita,
semua posisi mendapat
tugas, terlebih
Pada zaman
sekarang ini, supaya
Negeri ini tidak
kacau balau , seharusnya kita
sesuaikan dengan tata
kerama orang terhadulu
kita yaitu yang menjadi
Raja adalah keturunan
Raja , yang mengurus
kehidupan beragama yaitu
Imem, tokoh masyarakat
sebagai menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa atau
terlebih lagi suku
Gayo ini. Baru
Negeri kita menjadi
aman kalah kita
ikut petuah leluhur
kita tadi
7. Jangan
leluhur kita ini
menjadi jembatan untuk
menjadi sukses, bila
berhajat untuk Jadi
Gubernur, Bupati dan
lainnya, tetapi tidak
sesuai lagi dengan
tindakan dan pepatah leluhur
kita, sebagai contoh
apabila saya jadi
ini………, saya akan
bangun bekas kerajaan
ini dan mensejahterakan masyarakat ,
tetapi setelah berhasil,
tidak ingat lagi, tentu
mereka marah, akibatnya
kita sendiri yang menanggung akibatnya.
8. Terakhir
kepada Jema Tue Ku si
menjaga langsung Aseet
Kerajaan Linge ini,
( Uwe Jalil)
berdasarkan tamu yang
datang ke Linge ini dari
penjuru tanah air
ataupun dari luar
negeri yang mengaku keturunan
Reje Linge akan
kita bukukan, seperti salah
satu keturunan yang
datang ke sini
yaitu warganegara Taiwan
yang mengaku keturunan
linge, kedatangan kemari
kira-kira 3 tahun
yang lalu tujuannya
berziarah kepada lelehurnya, dengan membawa seorang
anak yang tidak
bisa berbicara, setelah selesai berziarah
ke makam raja
linge dengan sendirinya
anak tersebut dapat
berbicara dan yang
anehnya lagi pandai
berbahasa Gayo hanya walaupun
sepotong saja, mereka
mengetahui kebaradaan daerah
ini, mungkin karena
petunjuk dari alam
gaib yang mereka
dapat. Baik dalam
bentuk mimpi atau keterangan sejarah.
Hal ini bisa
kita mengetahui apabila
ada informasi dari
Jema Tue ku
si jege umah
pintu ruang ini,
karena dia setiap
hari dia berada
Disini.
9. Untuk
membangun Aset Kerajaan
Linge ini, baik
sumbangan dari pihak
tertentu secara pribadi, mapun pemerintah,
maka dirasa perlu
kita membentuk Yayasan
resmi, nantinya dapat
bekerja untuk mencatat
dan membukukan, siapa-siapa yang
merasa dirinya keturunan
linge, disamping kita membuat
siraturrahmi
Akhir kata
kepada Allah SWT
saya minta ampun,
atas kesalahan kita
yang diperbuat atas
perhatian semua pihak
ucapkan terima kasih.
Asalamulaikum Waramatullah hi wabarakatuh …….
Oleh : Syukran / Sulaiman, D. SH, MAP