PADANG, Aceh News – “Masih
adakah bantuan bagi korban gempa 30 September 2009 lalu?” Begitulah jeritan
hati Murni (56), penduduk Bungin Kecamatan VII Koto, Padang Pariaman, Sabtu (29/09/2012)
Murni merupakan seorang korban gempa bumi pada 2009 lalu, Tapi sudah tiga tahun, ia belum juga
memperoleh bantuan. Padahal rumahnya hancur akibat gempa berkekuatan 7,9 SR.
“Kami sudah berusaha mengurusnya. Sayangnya
rumah kami tidak masuk daftar untuk memperoleh bantuan, karena rumah tersebut
tak berpenghuni lagi,” ucap Murni sedih.
Dia juga mengakui rumah tersebut tidak ada
penghuninya. “Dulunya rumah itu saya bersama kedua orang tua yang menempatinya.
Mengingat perekonomian dan pencarian di kampung tidak mencukupi kebutuhan, saya
merantau ke Jakarta. Tak lama kemudian ibu menyusul saya sehingga rumah itu tak
ada penghuninya lagi,” ucap Murni.
Murni mempertanyakan tentang kriteria
masyarakat yang memperoleh bantuan gempa. “Apakah saya tidak termasuk dalam
kriteria memperoleh bantuan gempa? Apakah salah saya mempertanyakan kembali
kenapa rumah saya tak masuk dalam kategori penerima bantuan gempa. Padahal saya
ingin sekali menempati rumah itu kembali,” ucap Murni dengan nada iba.
Saat gempa bumi 2009 mengguncang Ranah Minang,
Murni tengah mengadu nasib di Jakarta sebagai pedagang sate. “Berapalah
penghasilan dari berdagang sate,” ucapnya sambil menerawang.
Tak hanya rumah Murni yang tidak memperoleh
bantuan gempa. Roslaini yang juga adik sepupunya juga tidak memperoleh bantuan
gempa. “Rumah kami memang kosong. Saya di Jakarta. Sementara kakak saya di
Padang. Orang tua kami sudah meninggal,” ucap Roslaini.
Selanjutnya Wanita itu menceritakan, kakaknya sudah berusaha untuk melaporkan kerusakan
rumah tersebut. Sayangnya, alasanya masih sama, yakni rumahnya tak ada penghuni
lagi.
Keduanya masih mengharapkan kepada pemerintah
kabupaten/kota agar bisa memasukkan mereka dalam daftar penerima bantuan gempa.
Mereka merupakan potret korban gempa yang belum memperoleh bantuan dari
pemerintah. (Benni)